Saya kemudian melangkahkan kaki mengikuti orang-orang yang ada didepan saya. Rombongan kami semua berjalan bebanjar mengikuti alur jalan setapak yang tanahnya telah padat karena sering dilewati. Siang itu harusnya terik memang, namun tanaman dan semak belukar disini cukup mengurangi sengatan sang surya. Kendati demikian, hembusan angin masih belum mampu menahan tetes peluh di dahi, sembari sesekali menyekat, sayapun melangkah dan terus melangkah diantara sampah dedaunan kering nan tebal menutupi permukaan tanah dikiri kanan jalan setapak.
Dipemberhentian pertama GUIDE Lokal menjelaskan pada kami, lubang kecil dengan ukuran 30cm x 40 cm yang dimana saat perang, tentara vietkong sembunyi dan keluar mendadak untuk menghalau tentara Amerika sambil menembaki. Dan dijelaskan pula ditempat itu ada saluran kebawah lagi dengan kedalaman 2 meter lalu 4 meter dan 6 meter, dimana saluran itu bersusun dari atas ke bawah maka disebut CU CHI THUNNEL (cu chi nama daerah). Konon panjang Saluran itu panjangnya 200 km bisa menuju Rumah sakit, sungai, markas besar, logistic perang, dapur, kota kecilkecil disekitarnya.
Bisa anda bayangkan jika kita tentara Amerika lagi berjalan pelan memegang senapan di alam hutan CU CHI pasti mendengar kicau burung yang bersahutan, suara tembakan, dan suara detak jantung ketakutan kita. Dan itu semua sejatinya sudah cukup membuat lengah. Mendadak terdengar suara gemeresak dedaunan, dan sekonyong-konyong muncul seorang prajurit Vietcong dari dalam tanah… Yaa.. muncul begitu saja, dari dalam tanah… dan menembaki kita. Maka Game over kita.
Begitu tentara Amerika, dalam peperangan gerilya merasa kalah maka tentara Amerika menjatuhkan Bom dan Bom yang bisa berputar melepas bom bom kecil. Disini Amerika merasa senang dan menang serta berkeyakinan bisa merebut daerah CU CHI, ternyata pada malam harinya tentara Amerika kaget kok masih banyak tentara vietkong keluar dari tanah persembunyiannya.
Kemudian kita juga di ajak ke tempat jebakan Vietcong dimana ada tanah yang di injak orangnya terperosok dan ada pula jebakan hutan seperti pohon yang berpaku dan sebagainya. Tentu saja, aksi kejutan itu adalah ini adalah salah satu adegan sambutan ala “Cu Chi Tunnel” kepada para turis yang berkunjung kesana.
JADI Cu Chi Tunnel adalah sebuah terowongan bawah tanah, yang digunakan sebagai sarana mobilisasi rahasia tentara gerilya peninggalan perang Vietnam. Menempuh perjalanan selama satu setengah jam dari pusat kota Ho Chi Minh City, kita bisa mengunjungi salah satu destinasi wisata yang unik dan terkenal ini. Sebagai salah satu benteng pertahanan terpanjang dan berada dibawah tanah, Cu Chi Tunnel benar-benar terkamuflase secara sempurna, dengan beberapa titik keluar-masuk ke permukaan tanah yang sangat sulit terdeteksi, tersembunyi dibawah rimbunnya belukar hutan Vietnam. Kabarnya jaringan Cu Chi Tunnel panjangnya mencapai ratusan kilometer, tersebar seantero bawah tanah kawasan Vietnam Selatan.
Jaringan “tunnel” ini sangat komplit, memiliki koneksi dengan area-area strategis dan menjadi markas bawah tanah selama perang Vietnam. Terhubung dengan titik-titik yang berfungsi sebagai markas, ruang kesehatan, ruang rapat, bahkan dapur umum yang tersebar kesegala penjuru wilayah. Semuanya tergambar jelas kala kami mencoba memasuki replika masing-masing ruangan dipandu oleh guide lokal yang sedikit kocak.
Seperti halnya diorama ditempat terbuka, beberapa barak sederhana juga dibuat di sudut-sudut jalan setapak. Tampak patung-patung tentara Vietcong berpose disana, lengkap dengan pakaian gerilya dan senjata replikanya. Para turis pun langsung rebutan berpose dengan latar manekin gerilyawan itu.
Bukan hanya melihat kondisi riil barak dan gambaran aktivitas diorama saja, kami juga sempat deg-degan kala menyaksikan beberapa jebakan khas gerilyawan Vietcong yang kondisi dan lokasinya masih aseli. Jebakan berupa lubang besar penuh dengan besi dan kayu tajam itu terkamuflase sempurna dengan rerumputan diatasnya. Beberapa turis wanita bergidik ngeri membayangkan jika tubuh atau kaki musuh terperosok kedalamnya.
Kami terus melangkah menyusuri jalan menurun yang mirip lembah, sayup-sayup terdengar satu dua suara tembakan, disusul kemudian oleh rentetan senapan mesin yang sambung menyambung. Agak penasaran juga, apakah ini sekedar sound-system buatan untuk menambah suasana trekking menjadi lebih menarik?? Kami belum mendapat jawaban, dan terus berjalan mendekati sumber suara.
Oh ternyata, di area ini juga disediakan lapangan khusus bagi para turis yang ingin menjajal menembak menggunakan senapan asli eks perang Vietnam. Tentunya dengan biaya ekstra sebagai ongkos pengganti peluru yang digunakan. Disini tersedia banyak senjata legendaris yang cukup populer di eranya, mulai dari AK-47, M-16, M1-Carabin, hingga senapan mesin kelas berat Browning.
Puas mendengar cerita Guide local tentang kecerdasan tentara vietkong saat itu, missal terowongannya di beri gas beracun mereka lari keluar ke sunagai, jika membawa anjing pelacak yang mencari lubang lubang persembunyian, mereka menebar merica dan pala agar hidung anjing tertanggu. Lalu rekan rekan mencoba kesempatan berperan menjadi tentara Vietcong melalui uji nyali dengan menjajal masuk ke lubang terowongan di satu sisi, dan keluar pada sisi lainnya. Agak ragu juga tatkala saya hendak mencobanya, antara takut terowongan akan runtuh, atau bahkan salah orientasi karena nyasar kearah lain, karena memang banyak percabangan didalam jalurnya. Namun karena sudah terlanjur mengikuti tour dari awal, rasanya tidak sempurna kalau batal menjajal masuk kedalam Cu Chi Tunnel ini, kahirnya ada lima teman yaitu bapak Franky Surabaya, bapak Martinus dari Sumbawa, Nelsye, Ibu Evo Surabaya, dan Reynaldo dari Bandungpun memberanikan diri menyeruak kedalam mulut sumur sempit dengan sedikit belukar itu.
Ternyata tidak terlalu menyenangkan, terowongan ini sangat sempit, hanya selebar pundak, setinggi setengah badan, saya dan rombongan pun harus berjalan menunduk. Pula dibeberapa titik bahkan harus berjongkok sambil memaksakan diri setengah merangkak. Sekedar bergerak bebas saja benar-benar sukar sekali dilakukan didalam tempat ini, apalagi untuk membalikkan badan bertukar arah. Tak bisa dibayangkan, bukannya para gerilyawan pada masa itu tentu juga membawa ransel dan senjata laras panjang pula.
Semua itu masih belum seberapa. Kondisi gelap yang menyergap, oksigen yang serba tipis, dan bau tanah gua yang lembab membuat nafas kami semua tersengal. Ditambah lagi teriakan para turis bule dibelakang yang panik karena sempitnya terowongan, menjadikan suasana semakin berisik disepanjang lorong sempit nan gelap ini. Betapa tidak nyamannya kondisi ini, belum lagi kalau kondisi perang seperti dulu, gaduhnya suara manusia tidak sebanding dengan berisik rentetan tembakan, desing peluru dan ledakan bom yang tentunya juga terasa didalam.
Ouuhh…Sungguh perjalanan yang menegangkan dan penuh derita, saking sempitnya terowongan dan banyaknya anggota rombongan, saya serasa terjepit didalam antrian penumpang dikala musim mudik Lebaran
Dan setelah lima menit yang mencekam, cahaya mulai tampak disalah satu tikungan terowongan. Sorot cahaya dari atas itulah pintu keluar menuju permukaan. Temanteman bernafas lega, dengan tetap berjongkok dan sesekali kepala terantuk dinding atas terowongan. Dan akhirnya berhasil naik keatas permukaan tanah. Tapi tak bisa membalikkan badan.
Sejurus kemudian mereka mengambil nafas dalam-dalam, memuaskan diri menghirup udara segar selepas lolos dari neraka sempit yang baru saja saya lewati. Ketegangan juga mulai berkurang tatkala kami diajak memasuki tempat semacam barak sederhana. Disana disediakan suguhan makanan khas gerilyawan Vietcong pada masa perang dulu. Ketela rebus, dengan piring kecil berisi sedikit campuran garam dan kacang yang ditumbuk halus. Bagi kami turis Indonesia, sajian ini tidak terlalu aneh. Lain halnya dengan turis dari Eropa, US dan Jepang yang satu rombongan dengan kami, mereka semua ragu untuk memakannya, mengira itu adalah batang semak belukar yang dimasak.
Puas dengan sepiring ketela rebus dicocol kedalam serbuk kacang dan garam, secangkir the tawar khas Vietnam cukup membantu saya relaksasi setelah tour yang menegangkan kali ini. Bukan perkara jalur treknya, macam-macam kejutan dan jebakannya, atau karena menjajal senapannya yang menegangkan. Justru mencoba menyusuri terowongan gerilya adalah suatu petualangan yang luar biasa ekstrim bagi saya, lima menit serasa lima jam. Dan bisa menghasilkan cerita yang demikian panjang. Fuuhh… Mungkin terkesan biasa bagi anda, namun jika menikmati sedikit demi sedikit artikel ini. Setidaknya anda beruntung, karena sudah membaca kisah tentang Cu Chi Tunnel